Sabtu, 03 Maret 2012

BEBERAPA KESALAHAN PARA PENDIDIK DALAM MENDIDIK ANAK DAN SOLUSINYA


BEBERAPA KESALAHAN PARA PENDIDIK DALAM
MENDIDIK ANAK DAN SOLUSINYA

Anak adalah bunga hidup, anak adalah  harum-haruman rumah tangga, obat jernih pelerai demam. Prof Hamka mengungkapkan dalam sebuah buku filsafatnya:
”Sebagai orang tua kita juga sebagai pendidik kepada anak. Guru bagi mereka, sebelum mereka mendapat guru di sekolah. Kita berlatih berusaha sedaya mungkin agar mereka dapat dibentuk keperibadianya sebagai berkeperibadian mukmin sejati (anak yang sholeh).
Dalam Al-qur’an surah an-nisa ayat 9 Allah berfirman yang artinya dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
Namun kadang-kadang sikap Ibu Bapak cenderung pada sikaf melakukan kesalahan baik sengaja atau tidak sengaja, namun kesalahan tersebut membawa dampak serta akibat kepada terbentuknya keperibadian yang  tidak baik pada diri anak mereka.
Sering kali Ibu Bapak hanya bisa melemparkan kesalahan pada anak ketika didapti anaknya tidak sholat, tidak pandai membaca al-qur’antidak menutup aurat, suka berjudi dan lain-lain, tetapi disaat yang sama ia tidak bisa menyadari akan kesdalahannya sendiri.
Dalam sebuah hadis riwayat  Buhari ddan muslim mengatakan yang artinya:
setiap anak lahir, lahir dalam keadaan suci, karena kesalahan ibu bapak ahirnya anak mereka bertabiat seperti Yahudi, Nasrani, atau majusi (HR. Buhari, Muslim)
Berikut ini sebagian kesalahan yang sering dilakukan oleh para pendidik. Semoga Allah memberikan maunah (pertolongan)-Nya kepada kita untuk dapat menjauhinya dan menunjukkan kita kepada kebenaran.
1.       Salah Memilih Jodoh
Untuk mendapatkan anak yang sholeh, kita mesti merancang sejak awal yaitu semenjak kita belum berumah tangga.
Pilihlah jodoh yang sholeh sekiranya ingin mendapatkan anak yang sholeh, sebab keperibadian seorang anak lebih banyak dipengaruhi oleh keperibadian ibu bapak, jika ibunya tidak menutup aurat, tidak mungkin anaknya suka memakai pakain yang menutup aurat. Pepatah mengatakan, bila ayah kencing berdiri, anak kencing berlari, ini membawa maksud, kejahilan ibu bapak akan di warisi oleh anak, bahkan mungkin saja anaknya lebih jahil.[1]
2.       Ucapan pendidik tidak sesuai dengan perbuatan.
Ini  merupakan kesalahan terpenting karena anak belajar dari orangtua beberapa hal. tetapi ternyata bertentangan dengan apa yang telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak. Allah Azza Wa Jalla mencela perbuatan ini dengan firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan" (SurahAshShaff:2-3). Bagaimana anak akan belajar kejujuran kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat amanah sementara ia melihat bapaknya menipu ? Bagaimana anak akan belajar akhlak baik bila orang sekitamya suka mengejek, berkata jelek dan berakhlak buruk?
3.       Kedua orangtua tidak sepakat atas cara tertentu dalam pendidikan anak.
Kadangkala seorang anak melakukan perbuatan tertentu di hadapan kedua orangtua. tetapi  akibatnya sang ibu memuji dan mendorong sedang sang  bapak memperingatkan dan mengancam. Anak akhimya menjadi bingung mana yang benar dan mana yang salah di antara keduanya. Dengan pengertiannya yang masih terbatas, ia belum mampu membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga hal itu akan mengakibatkan anak menjadi bimbang dan segala urusan tidak jelas baginya.Sementara, kalau kedua orangtua mempunyai cara yang sama dan tidak memujukkan perbedaan ini, niscaya tidak terjadi kerancuan tersebut.
4.       Membiarkan anak jadi korban televisi.
Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak dan media paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dawasa, terhadap orang-orang berpengetahuan maupun yang terbatas pengetahuannya Plomery, seorang peneliti mengatakan: "Anak pada umumnya, dan kebanyakan orang dewasa, cenderung menerima. tanpa mempertanyakan segala informasi yang tampil di film-film dan kelihatan realistis. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu.
Banyak pendidik yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak dan fithrah mereka, sampai apa yang dinamakan dengan acara anak-anak punpenuh dengan pemikiran-pemikiran keji yang diperoleh anak melalui acara yang ditayangkan. Banyak film kartun yang berisi kisah cinta dan roman . sampai diantara anjing atau binatang lainnya. Tidakkah Anda melihat bagaimana seekor kucing betina dalam acara itu  ditampilkan sangat anggun   berdandan dengan bulu mata panjang dan mata yang bercelak indah serta buah dada yang montok berlenggak lenggok untuk menggaet hati sang kucing jantan."
Penampilan perang tanding untuk wanita, juga mabuk-mabukan merokok, mencuri, melakukan tipu muslihat, berdusta dan sifat-sifat lainnya yang tidak sopan. Tayangan ini semua menyerbu dunia anak dan menodai fithrah yang suci dengan dalih acara anak-anak". Oleh karena itu anak-anak kita harus dilindungi dari perangkat yang merusak ini. Hal ini, tak diragukan lagi, bukan sesuatu yang mudah tetapi juga tidak mustahil, jika kita ingin menjaga akhlak putera-puteri  kita dan mempersiapkan mereka untuk mengemban misi agama dan umat. Semoga Allah melimpahkan ma'unah-Nya kepada kita.
5.       Salah Memberikan Nama Kepada anak
Nama menunjukan jati diri seseorang, jati diri suku bangsa dan keturunan. Lebih-lebih lagi jati diri sebagai seorang muslim. Amat janggal kalau kita orang timur memakai nama Barat seperti Alber, Edwar, Clara, Fransisca dan lain-lain sebab semua itu bukan nama bangsa kita, orang jepang nama jepang, orang cina nama cina, orang india nama india maka akan lebih janggal kalau kita orang islam tetapi nama kita bukan nama Islami.
Tidak diketahui sejak kanapan manusia-manusia memberi nama anaknya yang jelas, sulit dibayangkan suatu kehidupan yang di situ orang-orang tidak memiliki nama. Yang menjadi persoalan dari segi pendidikan kenyataan bahwa nama bersangkutan dengan harga diri.[2] Seseorang yang mempunyai nama jelek dapat merasa rendah diri dalam pergaulan pada aspek ini lah nama itu berhubungan dengan aspek pendidikan.[3]
6.       Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh.
Kesalahan yang amat serius danbanyak tejadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan dan  tidak mau menangani langsung urusan anak. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap kejiwaan anak dan nilai-nilai yang diserapnya Sebab,  "Anak kecil adalah orang pertama yang dirugikan dengan keluamya ibu dari rumah untuk berkarir. Ia akan kehiLangan kasih sayang, sebab sang ibu membiarkannya dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan. Dan bagaimanapun, anak akan kehilangan  kasih  sayang ibu. Ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang. jika anak miskin kasih sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap para anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup dalam kehancuran, keretakan dan kekerasan. Teryata, orang lain tidak menaruh perhatian untuk membina anak dan mendidiknya berakhlak mulia sebagaimana yang dilakukan keluarganya. Hal ini mendatangkan mala petaka bagi anak dan masyarakat." Terkadang pembantunya adalah orang kafir, akibatnya si anak pun terpengaruh dengan akidah yang menyimpang atau akhlak yang rusak yang didapatkan darinya.          Maka, jika kita terpaksa mengambil pembantu, usahakanlah mendapat pembantu muslimah yang baik dan usahakan tidak bersama anak kecuali sebentar saja dalam keadaan terpaksa.
7.       Pendidik menampakkan kelemahannya dalam mendidik anak.
Ini banyak tejadi pada ibu-ibu dan kadangkala terjadi pada bapak-bapak. Kita dapatkan, misalnya, seorang ibu berkata: "Anak ini mengesalkan. Aku tidak sanggup. Tak tahu, apa yang kuperbuat dengannya. Padahal anak mendengarkan ucapan ini maka ia pun merasa bangga dapat mengganggu ibunya dan membandel karena dapat menunjukkan keberadaannya dengan cara itu.
8.       Berlebihan dalam memberi hukuman dan balsan.
a.       Hukuman:
Hukuman adalah sesuatu yang disyariatkan dan termasuk salah satu sarana pendidikan yang berhasil yang sesekali mungkin diperlukan pendidik. Namun ada yang sangat berlebihan dalam menggunakan sarana ini, sehingga membuat sarana itu berbahaya dan berakibat yang sebaliknya. Seperti kits mendengar ada orangtua yang menahan anaknya beberapa jam dikamar yang gelap jika melakukan kesalahan; ada juga yang mengikat anaknya jika berbuat sesuatu hal yang mengganggunya. Hukuman bertingkat-tingkat, mulai dari pandangan yang mempunyai arti hingga hukuman berupa pukulan. Pendidik mungkin perlu menggunakan hukuman yang lebih dari pada sekedar pandangan yang memojokkan atau kata-kata celaan bahkan mungkin terpaksa menggunakan hukuman berupa pukulan; namun ini merupakan penyelesaian akhir, tidak diperlukan kecuali jika tidak ada cara lain. Ada beberapa kaidah dalam penggunaan hukuman berupa pukulan antara lain:
§         Tidak dipergunakan )rukuman ini kecuali jika tidak ada cara laIn lagi.
§         Pendidik tidak balehmemukul ketika dalam keadaan marah sekali, karena dikhawatirkan akan membahayakan anak.
§         Tidak memukul pads bagian-bagian yang menyakitkan, seperti: wajah, kepala dan dada.
§         Pukulan pada tahap-tahap pertama hukuman tidak keras dan tidak menyakitkan serta tidak boleh lebih dari tiga kali pukulan, kecuali bila terpaksa dan tidak melebihi sepuluh kali pukulan.
§         Tidak boleh dipukul anak yang berumur di bawah sepuluh tahun.
§         Jika  kesalahan anak baru pertama kali ia diberi kesempatan bertobat dan minta maaf atas perbuatannya. Juga dibuat supaya ada penengah yang kelihatannya mengusahakan pemaafan baginya setelah berjanji tidak mengulangi.
§         Hendaklah pendidik sendiri yangmemukul anak, tidak menyerahkannya kepada salah satu saudara atau temannya karena ini dapat menimbulkan kebarian dan kedengkiannya terhadap anak lain yang ikut menghukumnya.
§         Jika  anak   menginjak usia dewasa dan pendidik berpendapat bahwa sepuluh kali pukulan tidak cukupmembuat jera anak, maka pendidik boleh menambahnya.
9.       Berusaha mengekang anak secara berlebihan.
Yaitu tidak diberi kesempatan bermain bercanda dan bergerak ini bertentangan dengan tabiat anak dan bisa membahayakan kesehatannya, karena permainan penting bagi pertumbuhan anak dengan baik. "Permainan di tempat yang bebas dan luas termasuk faktor terpenting yang membantu pertumbuhan jasmani anak dan menjaga kesehatannya·"
Maka orangtua seyogianya tidak mencegah anak-anak yang sedang asyik bermain pasir ketika wisata ke tepi pantai atau di tengah padang pasir. Karena itu merupakan waktu bersenang-senang dan bermain, bukan waktu berdisiplin. Tidak ada waktu kebebasan bergerak bagi anak-anak kecuali dalam kesempatan wisata yang bebas seperti ini. Maka sekali-kali mereka harus dibiarkan.
10.   Mendidik anak tidak percaya diri dan merendahkan pribadinya.
Sayang ini banyak tejadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya pada kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh menjadi penakut lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan setelah dawasa. Karena itu, seyogianya kita mempersiapkan anak-anak kita untuk dapat mekksanakan tugas-tugas dien dan dunia. Dan hal ini tidak tercapai kecuali dengan mendidik mereka memiliki rasa percaya dan harga diri namun tidak sombong dan takabur; serta senantiasa mengupayakan agar anak dikenalkan kepada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah. Sebagai contoh: Pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik terjadi kekeringan di daerah Badui maka berdatanganlah penduduk berbagai suku kepada Hisyam dan berkunjung kepadanya. Di antara mereka terdapat Dirwas bin Habib, usianya baru 14 tahun.
Mereka pun bertahan diri dan membuat Hisyam takut. Berkatalah Hisyam kepada penjaganya:
"Siapapun dibiarkan menghadap kepadaku, bahkan hingga anak-anak?". Dirwas menyadari bahwa dirinya yang dimaksud, maka iaberkata:"Ya Amirul Mu'minin! Sungguh kunjunganku tidak bemtaksud merendahkan baginda sedikitpun tapi untuk memberikan kehormatan bagiku. Dan orang-orang ini datang untuk suatu keperluan yang membuat mereka bertahan karenanya. Ucapan adalah pengungkapan dan diam adalah penyembunyian. Ucapan tidak dapat dikenal kecuali dengan diungkapkan·"  Merasa kagum dengan ucapannya lalu berkatalah Hisyam: "Bagus, ungkapkanlah!"  Kata Dirwas: "Ya Amirul Mu'minin! Kami telah ditimpa tiga kali paceklik: pertama,  mencairkan  lemak; kedua, memakan daging: dan ketiga, mengeluarkan sumsum tulang.
Sedang di tangan baginda ada kelebihan harta kekayaan. Jika itu milik Allah bagikanlah kepada hamba-hamba Allah yang berhak. Tetapi jika milik hamba-hamba Allah, maka kenapa baginda tahan? Dan jika hak milik baginda maka sedekahkanlah kepada mereka, karena sesungguhnya Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang bersedekah dan tidak melalaikan balasan orang-orang yang berbuat baik. Ketahuilah, Amirul Mu'minin!
Kedudukan pemimpin dari rakyat ibarat ruh pada jasad,  tidak  ada kehidupan bagi jasad kecuali dengannya." Kata Hisyam: "Anak ini tidak memberi sedikitpun alasan dalam salah satu dari ketiga hal tersebut." Kemudian ia perintahkan untuk membagikan kepada orang-orang Badui 100.000 dirham dan kepada Dirwas 100.000 dirham. Maka Dirwas berkata: "Ya AmirulMu'minin! Berikanlah sejumlah uang ini kembali kepada orang-orang Baduiku, karena aku tak mau jikap pemberian yang telah diperintahkan Amirul Mu'minin tadi tidak dapat memenuhi hajat mereka." Hisyam bertanya: "Mengapa kamu tidak menyebutkan hajat pribadimu?" Jawabnya: "Aku tidak punya hajat selain hajat semua kaum Muslimin." Perhatikan rasa percaya anak muda ini pada dirinya dan keberaniannya dalam kebenaran.
11.   Salah karena tidak memulai pendidikan kepada anak sejak kecil
Suruhlah anak mu shalat sejak umur tujuh tahun pukullah mereka jika tidak mau mengerjakan sholat saat berumur 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka (antara laki-laki dan perempuan) setelah berumur 10 tahun”. (HR. Al-Hakim Dan Abu Daud).
Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya memulai pendidikan agama kepada anak sedini mungkin. Karena anak kecildiibaratkan botol kosong. Ia menunggu untuk diisi , ia akan menerima setiap air yang dituangkan kedalam nya. Air bersih atau air kotor. Apa bila botol tersebut telah di penuhi air bersih tentu air kotor yang akan datan akan tumpah keluar, demikian juga sebaliknya.
Inilah diantara kesalahan orangtuu kepada anak, yaitu tidak memulai pendidikan agama kepada anaknya sejak kecil, sehingga setelah mereka dewasa mereka tidak memahami ajaran agama islam, mereka mengaku beragama islam tetapi tidak sholat, tidak puasa, tidak pandai membaca Al-qur’an suka berjudi, pemabuk, tidak menutup aurat, durhaka kepada orangtua dan sebagainya.
Kalau kita ingin jadi mereka jadi anak yang  shaleh yang rajin shalatnya  latihlah sejak kecil, klau kita ini anak perempuan kita memjadi perempuan yang suka menutup aurat, suruh lah sejak kecil, tetapi sangat disayang kan banya orangtua bila membelikan anak perempuannya pakain bukan yang menutup aurat tetapi yang tidak semestinya dipakai oleh wanita islam. Seperti baju yang kurang kain, baju nampak ketiaknya dan lain-lainya.
Kalau hari ini anak kita tidak shalat, tidak menutup aurat, tidak puasa semua itu kesalahan kita masa lalu, karna tidak mendidik sejak mereka kecil. Oleh sebab itu disiplin kah kepada anak kecil tentang pendidikan agama ini sangat penting. Semoga disiplin tersebut membuahkan hasil kelak setelah dewasa kata pepatah minang, ”Ketek Taraja-raja, Gadan tabao-bau gaeek tarubah tido”. Artinya kecil-kecil terbiasa, besar terbawa-bawa, tua tidak berobah.
Adapun solusi dari  beberapa kesalahan pendidik yang kami uraikan diaftas itu semua dikembaliakn bagai mana cara pendidik memberikan didikan\, perhatian kepada anak-anaknya. Untuk mendapatkan anak yang berakhlak yang baik, rajin sholat, puasa, menutup aurat dan mengeti tentang ilmu agama. Maka orang tuanya dahulu yang harus mengerti akan ajaran agama islam.

KESIMPULAN
Setiap sepasang suami istri dalam membangun rumah tangga tentu mengingin kan buah hati dari perkawinan mereka, buah hati mereka kasih sayang dan mereka besarkan. Tentulah mereka ingin anak mereka menjadi anak yang shaleh dan berbakti kepada orang tua, untuk mendapatkan anak yang baik dan tahu tentang agama islam. Maka orang tua harus terlebih dahulu mengenal tentang agama islam sehingga orang tua bisa melatih dan mengajarkan anaknya serta menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak.
Sebagai mana di sebut dalam hadis HR. Bkhari Muslim yang artinya:setiap anak lahir, lahir dalam keadaan suci, karena kesalahan ibu bapak ahirnya anak mereka bertabiat seperti Yahudi, Nasrani, atau majusi (HR. Buhari, Muslim).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir,  2007, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, Bandung, PT.Remaja Rosdakarya.

Ahmad Tafsir , 2007, Metodologi Pengajran Agama Islam. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Zahrul Azmi,  2005, Kesalahan Ibu Bapak Dalam Mendidik Anak, Padang 16 Februari

 



[1]Kesalahan Ibu Bapak Dalam Mendidik Anak. Zahrul Azmi, Padang 16 Februari 2005
[2] Metodologi Pengajran Agama Islam. Ahmad Tafsir, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2007
[3] Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, Dr.Ahmad Tafsir. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung, 2007

1 komentar: